Namaku Arif, ini adalah kisah yang baru saja aku alami. Aku adalah
siswa dari salah satu SMA negeri terkenal. Saat ini aku duduk di kelas
tiga jurusan IPS. Memasuki tahun 2007 berarti persiapan buatku untk
lebih serius belajar menghadapi ujian akhir. Aku tahu aku tidak begitu
pintar, maka itu aku selalu mencari cara agar guru-guru bisa membantuku
dengan nilai. Cara yang aku gunakan adalah selalu mengajukan diri untuk
menjadi kordinator pelajaran di sekolah.
Pengalaman menjadi
kordinator di kelas tiga inilah yang membawa diriku ke pengalaman yang
tak akan pernah kulupakan seumur hidup. Awalnya aku biasa-biasa saja
ketika mendengar aku dipilih menjadi koordinator pelajaran Pendidikan
Pancasila. Namun lama-lama aku senang karena ternyata bu Mumum lah yang
kembali mengajar kelasku. Ya, bu Mumum adalah guru pancasila saat aku
kelas 2. Di kelas 2, bu Mumum sering jadi bahan bisik-bisik teman-teman
laki2 ku. Bagaimana tidak, di kelasku itu, meja guru yang menghadap ke
arah murid-murid, di depannya biasanya khan tertutup, sehingga kaki guru
tidak terlihat dari arah murid, nah, di kelasku mejanya depannya tidak
tertutup, jadi setiap guru yang duduk selalu kelihatan kaki dan posisi
duduknya. Diantara semua guru, bu Yosi, bu Rahma, bu Tati dan
sebagainya, mereka semua sadar akan keadaan meja itu dan sadar bagaimana
harus duduk di kursi itu, hanya bu Mumum mutmainah lah yang tidak
sadar. Beliau selalu mngajar sambil duduk dan memberikan pelajaran
mengenai moral pancasila. Bu Mumum tidak sadar, jika ia duduk selalu
agak mengangkang dan hampir setiap dia mengajar anak-anak cowo selalu
memaksa duduk di depan supaya bisa lebih jelas melihat paha bu Mumum dan
celana dalamnya yang berwarna krem.
Banyak teman-teman yang
diam-diam mengambil foto selangkangan bu Mumum dari bawah meja dengan
Handphone, namun hasilnya selalu tidak memuaskan karena gelap. Aku pun
termasuk salah seorang dari mereka yang selalu horny lihat paha bu
Mumum. Bu Mumum berusia 43 tahun, dari logat bicaranya, beliau orang
sunda. Kulitnya putih agak keriput dan kemerahan. Semakin dia tidak
memakai make-up, semakin nafsu teman-temanku melihatnya. Karena kulitnya
menjadi agak mengkilat.
Kembali ke ceritaku, aku pun semakin
sering berkomunikasi dengan bu Mumum. Dan aku mencari cara agar aku bisa
menarik perhatiannya. Sisi positifnya membuat aku terpaksa membaca-baca
hal-hal soal moral dan pancasila dan berusaha mencari-cari pertanyaan
untuk sekedar aku tanyakan kepada bu Mumum. Ini supaya bisa menjadi
alasan untukku lebih dekat dengannya. Jika berbicara lebih dekat dengan
bu Mumum, aku lihat dari dekat kulitnya yang putih agak berbintik
kemerahan dan keriput sedikit disana sini. Pantas saja bu Mumum selalu
memakai bedak karena kulitnya akan mengkilat dan berminyak jika polos.
Namun semakin membuatku bernafsu, karena pikiran ku udah terkotori
dengan pengalaman saat kelas dua.
Semaksimal mungkin kubukat bu
Mumum berpikiran bahwa aku adalah siswa yang sangat tertarik dengan apa
yang ia ajarkan, walaupun sebenarnya tujuanku adalah dekat dengan
dirinya.
Suatu hari aku bertanya apakah aku boleh meminjam beberapa
buku mengenai nasionalisme yang sering bu Mumum ceritakan padaku. Bu
Mumum bilang boleh saja, kalau mau ke rumah. Yes! akhirnya berhasil
strategiku. Bu Mumum memberikan alamat rumahnya yang berada di Perumnas
dekat SMA tiga di kotaku. Malamnya aku tidak bisa tidur, mengatur
rencana seperti apa nanti kalau aku di rumah bu Mumum, mudah-mudahan
suaminya belum pulang. Besok aku akan ke rumah bu Mumum sepulang
sekolah, kudengar suami bu Mumum PNS di departemen pendidikan daerah,
mudah-mudahan suaminya belum pulang sekitar jam dua sampai jam empat.
Esoknya
sepulang sekolah aku langsung ke rumah bu Mumum. Tak disangka, saat aku
sedang menyetop angkot untuk pergi ke rumah bu Mumum, ternyata bu Mumum
juga tengah menunggu angkot.
“Eh, Rif, mo krumah ibu? ya sudah
bareng saja”, aku senang sekali aku bisa pergi sama bu Mumum. Aku duduk
bersebelahan bu Mumum di kursi depan angkot. Ooh, pahaku bersentuhan
dengan pahanya yang mulus, aku takut ketahuan kalau penisku sudah mulai
mengeras, maka aku tutupi dengan tasku. Sepanjang perjalanan bu Mumum
cerita tentang keluarganya dan terkadang sedikit menanyakan tentang
keluargaku. Aku berbohong bahwa aku sudah lama tidak mendapat kasih
sayang seorang ibu, karena aku hidup terpisah, lalu aku bilang senang
karena aku merasa bisa mendapatkan kenyamanan jika berbicara dan ngobrol
dengan bu Mumum, rasanya bu Mumum sudah kuanggap ibu sendiri. Bu Mumum
terharu dan Memegang tanganku!! Kata beliau, beliau senang mendengarnya
lagian menurutnya aku anak yang baik. Dalam benakku, ya, aku memang anak
“baik”, yang siap menikmati tubuh ibu. Aduh penisku sampai keluar
pelumas saat itu, basah sekali.
Dua puluh menit kemudian,
sampailah kami di rumah beliau. Ternyata dugaanku benar, tidak ada
seorangpun di rumah beliau. Aku dipersilahkan duduk di ruang tamu. Bu
Mumum bilang tunggu sebentar untuk ganti baju. Ganti baju??! dalam
benakku aduh ingin sekali aku mengintip beliau ganti baju. Aku
deg-degan, mataku mengarah kemana bu Mumum pergi. Beberapa menit bu
Mumum keluar. Masih memakai baju gurnya sambil membawa buku. Yah,
ternyata hari itu belum waktunya untukku, tapi ini adalah awal dari
pengalaman yang sebenarnya.
Sejak itu aku jadi sering ke rmah bu
Mumum dan kenal dengan keluarganya. Akhirnya puncak pegalaman ini, saat
aku pura-pura menangis sedih frustasi akibat ayahku mau menikah lagi dan
aku tidak setuju, karena itu ayahku mengusirku dan tidak boleh pulang
ke rumah. Tentu saja ceritanya aku karang sendiri. Bu Mumum sangat
bersimpati padaku, saat aku cerita panjang lebar di rumahnya tidak ada
siapa-siapa, bu Mumum saat itu memakai daster dan tanpa make-up duduk
disebelaku sambil memegang pundakku. Aku menangis pura-pura, bu Mumum
menenangkan ku dengan memelukku.
Mmh, aku menyentuh pinggiran
payudara bu Mumum. Akhirnya aku mencium aroma tubuhnya. Aku mempererat
pelukanku dan kepalaku aku sandarkan di leher bu Mumum. aku bisa
menghirup aroma lehernya. Bu Mumum memelukku erat pula. Secara nekat
kuberanikan diriku untuk mencium pipi bu Mumum secara lembut. Dan bilang
kalau aku minta maaf tapi aku merasa cuma bisa tenang jika dekat ibu
Mumum. Bu Mumum bilang tidak apa-apa. Aku pun memberanikan mencium
pipinya lagi, tapi kali ini lebih dekat ke pinggiran bibir, cukup lama
kutempelkan bibirku di pinggiran bibirnya. Bu Mumum diam saja sambil
terus memelukku dan mengelus-elus punggunggu sambil menenangkan. Apakah
bu Mumum terasa bahwa penisku yang sudah menegang kutempelkan di
pahanya. Ku coba menggesek-gesekkan perlahan penisku ke paha bu Mumum.
Bu Mumum tahu. Namun beliau diam saja. Aku pegang pipi beliau, tentunya
air mataku masih mengalir, sambil aku lekatkan bibirku dengan bibirnya
sambil berkata “Ibu…”, bibir bu Mumum tidak terbuka, beliau tetap diam,
walaupun bibirku bergerak-gerak mencium bibirnya. Berbarengan dengan
itu, aku tekan dan gesekkan terus penisku yang sudah basah ke paha bu
Mumum. Kami berdua duduk di sofa. Bu Mumum tahu aku sedang apa dan
beliau diam saja, mebiarkan ku beronani dengan menggunakan paha dan
bibirnya sebagai media masturbasiku. Aku gesek-gesekkan terus dan terus,
bu Mumun tampaknya memejamkan mata dan tidak berkata apa-apa. OOh
pembaca, wajahnya aku ciumi, nafasnya aku hirup, dan pahanya yang besar
dan lembut aku tekan-telan dengan penis, gesek terus.. Ooh..terus… Dan
akhirnya ouuhh.. Cepat sekali aku ejakulasi.
Aku pun lemas sambil
memeluk ibu Mumum yang hampir posisinya setengah tertidur di sofa akibat
aku tekan terus. Bu Mumum pelan-pelan bilang, “udah..? hm?”, kata bu
Mumum pelan dan terdengar sayang sekali denganku. Aku minta maaf sekali
lagi dan bu Mumum bilang ia mengerti.
Tentunya setelah kejadian
itu, aku semakin dekat dengan ibu, sampai detik ini.. Suaminya dan
teman-temanku tidak tahu hubungan kami. Walaupun aku belum sampai
berhubungan seks dengan bu Mumum, namun bu Mumum selalu tahu dan
bersedia menjadi media onaniku, dengan syarat pakaian kami masih kami
kenakan, bu Mumum hanya menyediakan pahanya dan memperbolehkan aku
menindihnya dan menekan-nekan penisku ke paha dekat selangkangannya
sampai aku dapat klimaks. Maka itu, aku selalu membawa celana dalam
cadangan saat aku bilang ke bu Mumum kalau aku ingin ke rumah ibu Mumum.
Bu Mumum, arif sayang sama ibu. Biarlah arif tidak berhubungan seks
dengan ibu tapi adanya ibu cukup membuat Arif bahagia. Bisa klimaks di
atas tubuh ibu dan mencium bibir ibu…