Inilah sebuah cerita sex dewasa
tentang cerita panas tante girang yang sangat menarik buat anda koleksi
untuk menambah wawasan anda dalam mejalin hubungan asmara atau seks
dimana cerita panas tante girang tentang seorang tante yang memiliki
sebuah toko. dan untuk menyingkat cerita langsung saja kita simak
bersama cerita panas tante girang berikut ini:
Tante Girang
Cerita panas tante girang ini di
mulai setelah sekolah aku disuruh jaga toko Milik Tante Girang XXX yang
sebenarnya bukan tante asliku, dia adalah teman dari dari ibu sodaraku
jauh, ribet deh kalodiceritain, aku menjaga toko itu sudah sekitar 2
minggu. Karena toko milik Tante Girang XXX menjual sembako, maka
pembelinya pun kebanyakan ibu-ibu ataupun perempuan. Saya yang bertugas
untuk mengambilkan barang-barang seperti beras, gula ya hanya bersikap
cuek saja terhadap banyaknya pembeli itu.
Inilah cerita panas
dewasa yang paling seru. Sebut Tante Lina pemilik toko di sebelah
tokonya Tante Girang XXX yang sepertinya juga tipe Tante Girang Binal,
dia sering datang sore hari setiap toko akan ditutup. Dia biasanya
saling omong-omong, bersenda gurau dengan Tante Girang XXX, dan apabila
telah begini tentu lama sekali selesainya. Dan seperti biasanya, aku
pulang duluan ke rumah karena Tante Girang XXX biasanya dijemput oleh
suaminya atau anaknya.
Tapi suatu saat, ketika mau pulang aku
teringat bahwa harus mengantarkan Indomie ke pelanggan, aku cepat-cepat
balik ke toko. Dan memang toko sudah sepi, pintu pun hanya ditutup tanpa
dikunci. Aku pun langsung masuk menuju tempat penyimpanan Indomie.
Ternyata aku menyaksikan peristiwa yang tidak kuduga sama sekali,
kulihat Tante Girang XXX dengan posisi tetelentang di antara tumpukan
karung beras sedang dioral kemaluannya oleh Bu Lina. Tante Girang XXX
sangat menikmati dengan rintihannya yang ditahan-tahan dan tangannya
memegang kepala Bu Lina untuk dirapatkan ke selangkangannya.
Karena
terkejut atas kedatanganku, maka keduanya pun berhenti dengan
memperlihatkan wajah sedikit malu-malu. Tapi tidak sampai lima detik,
mereka pun tersenyum dengan penuh artii
“Kamu belum pulang to Her
(Hery namaku), kebetulan lho kita bisa rame-rame, ya kan Bu Lina..?”
ucap Tante Girang XXX sambil menariktangan Bu Lina ke arah kedua dadanya
yang terbuka.
“Ayo sini Her.., jangan malu, ughh, ahh..!” desah Tante Girang XXX lagi, kali ini tangannya melambai ke arahku.
Dan
aku pun sempat bingung tidak tahu harus berbuat apa, tapi karena kedua
wanita dalam keadaan tanpa pakaian seperti itu memanggilku, nafsu
kelelakianku bangkit walaupun aku belum pernah merasakan sebelumnya.
Perlahan aku mendekati keduanya sambil melihat mereka berdua. Seperti
seorang raja aku pun disambut, mereka yang tadinya telentang dan
menindih kini mereka bangkit dan duduk sambil menata rambutnya
masing-masing.
Hanya lima langkah aku pun sampai di hadapanya, dan dengan lihai mereka berdua langsung meremas selangkanganku.
“Her, ini pernah masuk ke sarangnya belum..?” tanya Tante Girang XXX manja.
“Be.., belum Tante..!” jawabku polos sambil menahan rasa geli yang begitu nikmat.
“Wah..,
hebat dong belum pernah. Pertama kali langsung dapat dua lubang..!”
canda Bu Lina, sementara tangannya menarik lepas celanaku hingga aku
benar-benar telanjang di hadapan mereka.
Dan sesaat kemudian aku
merasakan kehangatan padabatang kemaluanku. Terdengar srup, srup ahh.
Tante Girang XXX dan Bu Lina seakan ingin berebut untuk menikmati batang
kemaluanku yang berukuran normal-normal saja.
“Ayo Bu.., hisap yang lebih kenceng biar keluar isinya..!”
“Iya Bu.., ini kontol kok enak banget sih..?”
“Cupp.., crupp..!” kata mereka berdua saling menyahut.
Aku hanya pasrah menikmati perlakuannya dan sesekali kuusap pipi-pipi kedua Tante-Tante itu dengan nafsu juga.
Tidak
sampai 10 menit, aku merasakan sesuatu kenikmatan luar biasa yang
biasanya terjadi dalam mimipi, badanku menegang, mataku terpejam untuk
merasakan sesuatu yang keluar dari kemaluanku. Tumpahan maniku memuncrat
mengenai wajah Bu Lina dan Tante Girang XXX, dan dengan serta merta
Tante Girang XXX mengalihkan lumatan dari punyaku ke wajah Bu Lina.
Dengan buas sekali mereka saling berciuman bibir, berebutan untuk
menelan air kenikmatan punyaku. Aku pun berjongkok dan membuka paha
Tante Girang XXX, Tante Girang XXX hanya menurut.
“Mau apa kau Sayang..?” desah Tante Girang XXX.
Aku
hanya diam saja dan mengarahkan wajahku ke arah selangkangannya yang
berbau anyir dan tampak mengkilap karena sudah basah. Aku mencoba untuk
melakukan seperti di film-film. Kumasukkan lidahku ke dalam
rongga-rongga vaginanya serta menyedot-nyedot klitorisnya yang kaku itu.
Kurasakan ketika aku menyedot benda kecil Tante Girang XXX, Tante
Girang XXX selalu menggelinjang dan mengangkat pantatnya, sehingga
kadang hidungku ikut mencium benda kecil itu.
“Her.., kamu kok pinter banget sih, terus, terus uggh.. ughh.. ahhh, ehh, aahhh..!” ceracau Tante Girang XXX.
“Terus
Her, terus..! Beri Tantemu surga kenikmatan, ayo Her..!” ucap Bu Lina
yang memilin dan mengemut puting susu Tante Girang XXX.
“Terus Bu..! Her.., aku mau muncrat! Ayo Her.., sedot yang keras lagi..!” pinta Tante Girang XXX.
Aku
pun semakin liar memainkan vaginanya, dan dengan teriakan Tante Girang
XXX, “Aghh.., ughh..!” lidahku merasakan ada cairan kental keluar dari
vagina Tante Girang XXX. Aku cepat-cepat menangkapnya dan sedikit ragu
untuk menelannya.
“Her, sudah Her.., Tante sudah puas nih..! Kamu
gantian dengan Bu Lina ya..!” ucapnya sambil tangannya mengusap
cairannya yang keluar dari liang senggamanya.
Aku pun tidak sadar bahwa batang kemaluanku sudah bangun lagi, tegak dengan sempurna walaupun sedikit terasa ngilu.
“Bentar Her.., kamu disini dulu ya..!” pinta Bu Lina sambil keluar ke tempat tumpukan koran dan mengambil beberapa lembar.
Kemudian
Bu Lina masuk ke gudang lagi dengan menggelar koran yang dibawanya.
Setelah kira-kira cukup, Bu Lina menelentangkan tubuhnya dan
memanggilku, “Ayo sekarang giliran saya dong Her..!” katanya sambil
tangannya meremas susunya sendiri.
Aku pun langsung
mengangkanginya dan kedua tangan pun mengganti tangannya untuk meremas
susu-susunya yang masih kenyal. Lembut, halus, enak rasanya memegang
payudara orang dewasa.
“Her.., masukin dong tuh burung kamu ke lubang Lina, ayo dong Her..!” bisiknya lembut.
|| intermezooo….Silahkan lanjutkan baca Cerita Ngentot Tante Girang nya ya….||||
Aku pun berusaha untuk mengarahkan masuk ke liangnya, tapi dasar memang masih amatir, terasa terpeleset terus.
“Ayo Lina bantu biar nggak salah sasaran..!” ucapnya.
Dan
tangannya pun memegang batang kemaluanku dengan lembut dan memberikan
kocokan sebentar, dan akhirnya dibimbing masuk ke lubang kenikmatannya.
Ini
pertama kali kurasakan penisku masuk ke sarangnya. Terasa hangat,
lembab, nikmat dan seperti ditarik-tarik dari dalam kamaluan Bu Lina.
Secara naluri aku pun mulai menggerakkan pantatku maju mundur secara
pelan dan berirama.
“Terus Her.., masukkin lagi yang lebih dalam, ayooo, ughh..!” desah Bu Lina.
Tangan
Bu Lina pun telah memegang pantatku dan menekan-nekan supaya doronganku
lebih keras, sedangkan kakinya telah melingkar di pinggangku.
Kira-kira
hanya 10 menit berlalu, Bu Lina menjerit sambil menggaruk punggungku
dengan keras, “Ooohhh.., aku ngejrot.., Her..! Yeess.., uhhh..!”
Kemudian
tubuhnya lunglai dan melepaskan kakinya yang melingkar di pinggangku.
Aku pun bangkit meninggalkan Bu Lina yang telentang dan tampak dari
liang kenikmatannya sangat banyak cairan yang keluar. Kuhampiri Tante
Girang XXX yang mulai menutup pintu-pintu tokonya. Aku pun turut
membantunya untuk mengemasi barang-barang.
Setelah beberapa menit
menunggu jemputan, terdengar telpon berdering. Setelah kuangkat
ternyata mobil yang dipakai menjemput dipakai suaminya untuk ngantar
tetangga pindahan. Kemudian aku pun menawarkan untuk mengantarkan ke
rumah Tante Girang XXX dengan Impresa 95 kesayanganku.
Di dalam
perjalanan, Tante banyak bercerita bahwa hubungan lesbinya dengan Bu
Lina sudah 3 tahun, karena Omku suka pulang malam (mabuk-mabukan, judi,
nomor buntut, dan sebagainya) sehingga tidak puas bila dicumbu oleh
Omku. Sedangkan Bu Lina memang janda karena suaminya minggat dengan
wanita lain.
Sampai di rumah Tante Girang XXX, suasananya memang
sepi karena anaknya kuliah dan Omku sedang mengantar tetangga pindah
rumah. Setelah aku angkat-angkat barang ke dalam rumah, aku pun lalu
pamitan mau pulang kepada Tante Girang XXX. Aku terkejut, ternyata Tante
Girang XXX bukannya memperbolehkan aku pulang, tetapi malah menarik
tanganku menuju kamar Tante Girang XXX.
“Her.., Tante tolong dipuasin lagi ya Yang..!” pintanya sambil memelukku dan menempelkan kedua buah dadanya ke tubuhku.
Aku
pun mencium bibirnya yang terbuka dan mengulumnya dengan nafsu,
demikian pula Tante Girang XXX. Kemudian dengan dorongan, jatuhlah tubuh
kami berdua di kasurnya, dan dengan bersemangat kami saling meraba,
menindih, merintih. Hingga akhirnya aku melepaskan maniku ke dalam
kemaluan Tante Girang XXX.
Aku pun pamitan pulang dengan mencium
bibirnya dan meremas susunya dengan lembut. Kemudian dari laci lemari
diambilnya uang seratus ribuan, dan diberikan kepadaku, “Untuk rahasia
kita..!” katanya.
Sampai saat ini lebih dari 2 tahun aku bekerja
di toko Tante Girang XXX, dan hubungan badanku dengan Tante Girang XXX
dan Bu Lina masih berlangsung. Dan yang menyenangkan adalah Tanti, anak
Bu Lina mau kupacari, dan aku ingin menjadikannya sebagai istri...